Studi yang telah dilakukan oleh ENRAP di Asia
Pasifik (termasuk di Indonesia) menemukan bahwa kesuksesan (efektivitas)
intervensi aplikasi TIK utamanya tergantung
pada dampaknya terhadap mata pencaharian dan aset mata pencaharian.
Keberlanjutan (sustainability) suatu intervensi aplikasi TIK memiliki mempunyai
dua aspek penting, yaitu: kemampuan dalam melanjutkannya dalam
jangka panjang dan kemampuannya untuk
mengurangi sifat mudah terlukanya (vulnerabilities) dari target beneficiaries.
Adapun kesadaran dan komitmen stakeholders,
ketepatan relevansi isi, penggunaan bahasa lokal dan upaya penyediaan akses
terhadap intervensi TIK adalah faktor kritis lain yang penting bagi keefektivan
dan kesuksesan dari suatu intervensi aplikasi ICT yang ditargetkan bagi
kehidupan masyarakat perdesaan.
Intervensi yang bersifat demand-driven
dalam fungsinya seperti halnya teknologi tepat guna (sesuai dengan yang dipilih
atau diinginkan pengguna) mempunyai prevalensi kesuksesan yang lebih tinggi (ENRAP 2009).
Perkembangan TIK seperti komputer dan teknologi komunikasi, khususnya
internet dapat digunakan untuk menjembatani informasi dan pengetahuan yang
tersebar di antara yang menguasai informasi dan yang tidak. Akses terhadap komunikasi digital membantu meningkatkan akses terhadap peluang pendidikan, meningkatkan
transparansi dan efisiensi layanan pemerintah, memperbesar partisipasi secara
langsung dari ”used-to-be-silent-public”
(masyarakat yang tidak mampu berpendapat) dalam proses demokrasi, meningkatkan
peluang perdagangan dan pemasaran, memperbesar pemberdayaan masyarakat dengan
memberikan suara kepada kelompok yang semula tidak bersuara (perempuan) dan
kelompok yang mudah diserang, menciptakan jaringan dan peluang pendapatan untuk
wanita, akses terhadap informasi pengobatan untuk masyarakat yang terisolasi
dan meningkatkan peluang tenaga kerja (Servaes 2007).
Salah
satu yang direkomendasikan untuk implementasi TIK dalam pemberdayaan di negara
berkembang adalah sebuah telecenter atau pusat multimedia komunitas yang terdiri
atas desktop untuk penerbitan, surat
kabar komunitas, penjualan atau penyewaan alat multimedia, peminjaman buku,
fotokopi, dan layanan telepon/faks. Apabila memungkinkan dapat pula dilengkapi
dengan akses internet dan penggunaan telepon genggam untuk meningkatkan akses
pengusaha dan petani di perdesaan akses informasi untuk meningkatkan
kesejahterannya. TIK merupakan alat yang
sangat bermanfaat untuk knowledge sharing,
namun seringkali belum dapat memecahkan permasalahan pembangunan yang disebabkan
oleh isu sosial, ekonomi dan politik. Informasi pun seringkali belum dapat
digunakan sebagai pengetahuan karena belum mampu diterjemahkan langsung oleh
masyarakat (Servaes 2007).
Leeuwis
(2004) menyatakan bahwa pesan dan teknologi (inovasi) pertanian yang
dipromosikan oleh agen penyuluhan sering tidak sesuai dan tidak mencukupi. Hal ini memberikan implikasi bahwa informasi
yang ditujukan pada petani dan agen penyuluh sangat terbatas karena beberapa
faktor, di antaranya adalah: staf universitas dari disiplin yang berbeda, peneliti
yang terlibat, politisi, pengambil kebijakan, agroindustri dan birokrat yang
memainkan peranan dalam proses promosi inovasi pertanian tersebut. Konsekuensinya, inovasi yang terpadu hanya dapat diharapkan muncul
ketika berbagai aktor (termasuk petani), yang dapat mempengaruhi kecukupan
pengetahuan dan teknologi, bekerjasama untuk memperbaiki kinerja kolektif. Untuk mewujudkan hal tersebut, perlu
dilakukan upaya untuk memperbaiki fungsi dari sistem pengetahuan dan informasi
pertanian (Agricultural Knowledge and Information System–AKIS).
Sistem pengetahuan dan informasi pertanian dapat berperan
dalam membantu petani dengan melibatkannya secara langsung dengan sejumlah
besar kesempatan, sehingga mampu memilih kesempatan yang sesuai dengan situasi
dan kondisi faktual di lapangan.
Peningkatan efektivitas jejaring pertukaran informasi antarpelaku
agribisnis terkait merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem pengetahuan
dan informasi pertanian. Dengan dukungan
implementasi TIK serta peran aktif berbagai kelembagaan terkait upaya untuk mewujudkan
jaringan informasi inovasi bidang pertanian sampai di tingkat petani dapat
diwujudkan. Keberhasilan proses knowledge sharing inovasi pertanian
sangat bergantung pada peran aktif dari berbagai institusi terkait yang
memiliki fungsi menghasilkan inovasi pertanian maupun yang memiliki fungsi
untuk mengkomunikasikan inovasi pertanian.
Rekomendasi aplikasi TIK dalam mendukung pembangunan
pertanian yang berkelanjutan adalah aplikasi TIK yang mendorong terjadinya knowledge sharing untuk meningkatkan
fungsi sistem pengetahuan dan informasi pertanian. Dengan demikian, aplikasi
TIK tersebut dapat berperan dalam membantu petani dengan melibatkannya secara
langsung dengan sejumlah besar kesempatan, sehingga mampu memilih kesempatan
yang sesuai dengan situasi dan kondisi faktual di lapangan. Peningkatan
efektivitas jejaring pertukaran informasi antarpelaku agribisnis terkait
merupakan aspek penting untuk mewujudkan sistem pengetahuan dan informasi
pertanian. Dengan dukungan TIK serta
peran aktif berbagai kelembagaan pengetahuan terkait pertanian dan
kelembagaan-kelembagaan pendukung lainnya yang berpotensi untuk bersinergi,
upaya untuk mewujudkan jaringan informasi bidang pertanian sampai di tingkat
kelompok petani dapat diwujudkan.
Keberhasilan proses knowledge
sharing inovasi pertanian sangat bergantung pada peran aktif dari berbagai
institusi terkait yang memiliki fungsi menghasilkan inovasi pertanian maupun
yang memiliki fungsi untuk memproses dan
mengkomunikasikan inovasi pertanian berkelanjutan, khususnya penyuluh
pertanian dan petani.
Berdasarkan permasalahan yang masih banyak dihadapi dalam
implementasi TIK untuk mendukung pembangunan pertanian, maka aplikasi TIK dapat
dilakukan secara bertahap sesuai dengan kondisi kesiapan sumber daya yang ada
di daerah. Aplikasi TIK diarahkan untuk
mendukung percepatan akses pelaku pembangunan pertanian terhadap sumber
informasi yang dibutuhkan sekaligus merupakan sarana untuk mempercepat proses
pertukaran informasi antarpihak-pihak terkait dalam proses pembangunan pertanian
berkelanjutan.
Mengingat keterbatasan sumber daya dan pengetahuan pelaku
pembangunan pertanian di level grass
root, maka aplikasi TIK perlu dimodifikasikan dengan media konvensional.
Berbagai sarana telekomunikasi dan media komunikasi dapat difungsikan untuk
mempercepat proses berbagi pengetahuan di setiap level pelaku pembangunan
pertanian. Aplikasi TIK dapat diterapkan
sampai di level kecamatan dalam bentuk pusat-pusat informasi pertanian untuk
mempercepat proses berbagi pengetahuan antara pelaku pembangunan pertanian
sampai di tingkat kecamatan dengan pelaku pembangunan pertanian di tingkat
regional, nasional, bahkan global.
Selanjutnya informasi yang diperoleh malalui aplikasi teknologi
informasi, misalnya internet dapat disederhanakan dan dikemas kembali sesuai
kebutuhan dan karakteristik pengguna akhir oleh penyuluh pertanian atau
fasilitator baik formal maupun nonformal. Informasi yang sudah diolah dan
dikemas kembali dalam format yang sesuai dengan karakteristik pengguna dapat
disebarkan lebih lanjut melalui berbagai
media komunikasi yang tersedia di tingkat pelaku pembangunan pertanian sampai
di tingkat petani. Sebaliknya, informasi yang berasal dari pelaku pembangunan
pertanian yang berada di grass root juga dapat didokumentasikan sebagai indigenous knowledge yang dapat
dijadikan sebagai bahan pengambil kebijakan maupun pengembangan pengetahuan
lebih lanjut.
Komunikasi banyak langkah masih relevan untuk diterapkan
dalam mendukung percepatan proses berbagi pengetahuan di antara pelaku pembangunan
pertanian sehingga pembangunan pertanian dapat berlangsung secara
berkelanjutan. Secara ringkas mekanisme
aplikasi TIK yang dimodifikasikan dengan komunikasi banyak langkah untuk
mempercepat proses berbagi pengetahuan di setiap level pelaku pembangunan
pertanian (dimodifikasi dari Mulyandari 2005) disajikan pada Gambar 1. Dalam strategi rancangan aplikasi TIK dalam mendukung pembangunan
pertanian berkelanjutan, terdapat tiga
tahapan utama dengan asumsi di tingkat
kecamatan dibangun pusat informasi pertanian di tingkat kabupaten dapat
operasional secara optimal.